Tuesday, 23 July 2013

puisi yang konon dibacakan oleh Sayyidah Fatimah Az-Zahra setiap kali beliau mengunjungi makam ayahandanya, Rasulullah, Muhammad SAW)

Bismillah 

Nafasku tersekat dalam tangisan
Duhai, mengapa nafas tak lepas bersama jeritan
Sesudahmu tiada lagi kebaikan dalam kehidupan
Aku menangis karena aku takut hidupku akan kepanjangan

Kala rinduku memuncak, kujenguk pusaramu dengan tangisan

Aku menjerit meronta tanpa mendapatkan jawaban
Duhai yang tinggal di bawah tumpukan debu, tangisan memelukku
Kenangan padamu melupakan daku dari segala musibat yang lain
Jika engkau menghilang dari mataku ke dalam tanah,
engkau tidak hilang dari hatiku yang pedih

Berkurang sabarku bertambah dukaku
setelah kehilangan Khatamul Anbiya
Duhai mataku, cucurkan air mata sederas derasnya
jangan kautahan bahkan linangan darah
Ya Rasul Allah, wahai kekasih Tuhan
pelindung anak yatim dan dhuafa
Setelah mengucur air mata langit
bebukitan, hutan, dan burung
dan seluruh bumi menangis

Duhai junjunganku,
untukmu menangis tiang-tiang Ka’bah
bukit-bukit dan lembah Makkah
Telah menangisimu mihrab
tempat belajar Al-Quran di kala pagi dan senja
Telah menangisimu Islam
sehingga Islam kini terasing di tengah manusia
Sekiranya kau lihat mimbar yang pernah kau duduki
akan kau lihat kegelapan setelah cahaya

Sunday, 21 July 2013

Al-Haddar: Mutiara Kehidupan Abdullah bin Mas’ud Sosok Pember...

Al-Haddar: Mutiara Kehidupan Abdullah bin Mas’ud Sosok Pember...: Oleh : Abu Ahmad Haddar.      Beliau adalah seorang sahabat yang agung Abdullah bin Mas’ud –semoga Allah meridloinya-, pada awalnya...

Mutiara Kehidupan Abdullah bin Mas’ud Sosok Pemberani yang Menjaharkan Al-Qur’an Nun Ilmuwan yang Cerdas

Oleh : Abu Ahmad Haddar.


     Beliau adalah seorang sahabat yang agung Abdullah bin Mas’ud –semoga Allah meridloinya-, pada awalnya beliau seorang budak milik Uqbah bin Mu’ith, sang penggembala hewan ternak milik tuannya pada salah satu perkampungan di kota Mekkah. Dan pada suatu hari Rasulullah saw dan Abu Bakar Shiddiq lewat kepadanya dan bertanya : “Wahai anak muda apakah ada susu pada gembalamu ?” Maka Abdullah menjawab : “Ya, tapi saya hanyalah penjaga”. Maka Nabi berkata lagi : “apakah ada diantara kambing yang mandul tidak dapat memberikan anak”. Ya, jawabnya. Kemudian dia memberikan kambing yang tidak bisa menghasilkan susu, kemudian Rasulullah saw mengusap-usap perutnya dengan tangannya yang mulia dan membacakan beberapa kalimat, maka mengalirlah susu atas izin Allah dari hewan tersebut, lalu Rasulullah saw menampung susu tersebut dengan kedua tangannnya dan meminumnya, baru kemudian diberikan kepada Abu Bakar untuk diminum. Kemudian Rasulullah saw berkata di hadapan kambing tersebut : “Berhentilah”, maka berhenti dan mengeringlah susu dari perutnya, hingga Abdullah pun merasa terheran dan berkata : “Ajarkan kepada saya kalimat yang Engkau baca tadi ! lalu Rasulullah saw memandangnya dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, dan mengusap kepalanya dan dadanya, lalu bersabda : “Sesungguhnya engkau adalah anak kecil yang berpendidikan”, lalu beliau pergi dan meninggalkannya. (Ahmad)

     Akhirnya cahaya hidayah masuk ke dalam dada Ibnu Mas’ud sehingga ia segera mengembalikan gembalanya kepada pemiliknya dan bergegas menuju Mekkah guna mencari seseorang yang dijumpainya beserta sahabatnya hingga ia menemukannya, dan mengetahui bahwa orang yang dijumpainya adalah seorang Nabi utusan Allah, maka iapun mengikrarkan keislamannya dihadapan Nabi, dan termasuk orang  keenam dari enam orang pertama yang masuk Islam. Pada suatu hari saat para sahabat berkumpul bersama nabi, mereka berkata : “Demi Allah, orang Quraisy nampaknya belum pernah sama sekali mendengar ayat-ayat Al-Quran dibacakan dengan terang-terangan (keras), adakah seseorang yang ingin melakukannya ? maka Abdullahpun langsung berdiri dan berkata : Saya.

      Merekapun berkata : sungguh kami khawatir akan Engkau, namun yang Kami inginkan adalah seseorang yang memiliki keluarga yang dapat membantu dan melindungi dari siksa dan cemoohan orang-orang musyrikin. Dia berkata : biarkanlah saya melakukannya! Karena Allah yang akan melindungiku. Kemudian dia pergi ke Ka’bah yaitu disaat waktu dhuha, lalu duduk dan mengangkat suaranya dengan lantang, dan membaca Al-Quran dengan lancar : (بسم الله الرحمن الرحيم. الرحمن. علم القرآن) Maka, orang-orang Quraisypun mendengarnya sambil terheran dan takjub, siapakah seseorang yang berani melakukan demikian di sekitar mereka ? dan dihadapan mereka ? dan ketika mengetahu bahwa yang melakukannya adalah sang budak Abdullah bin Mas’ud, mereka bertanya dalam keheranan : apa  gerangan yang dilakukan oleh anak Ummu Abd ? Kemudian mereka diam dan mendengarkan dengan seksama apa yang dibacanya, dan setelah itu mereka berkata sambil mengumpat : Sesungguhnya dia sedang membaca sesuatu yang dibawa oleh Muhammad.

      Lalu mereka menarik beliau dan memukulnya dengan pukulan yang sangat keras, namun beliau tetap melanjutkan bacaannya hingga tambah keraslah pukulannya, dan beliaupun akhirnya menderita sakit yang sangat parah, hingga berhenti dari bacaannya, lalu penduduk Makkahpun akhirnya meninggalkannya dan tidak mengsangsikan akan kematiannya kelak. Sementara itu para sahabat yang lain menolongnya dan tampak di dalam tubuh dan wajahnya bekas pukulan. Mereka berkata kepadanya : inilah yang kami khawatirkan atasmu. Namun Ibnu Mas’ud berkata : tidaklah musuh-musuh Allah lebih rendah di dahapanku setelah  ini, jika kalian kehendaki aku akan ulangi lagi besok seperti yang aku lakukan pada hari ini (maksudnya melakukan kembali seperti semula)?! Mereka berkata : jangan, sungguh engkau telah memperdengarkan apa yang mereka benci.

     Ibnu Mas’ud pernah melakukan hijrah dua kali, dan Rasulullah saw merpersaudarakannya dengan Az-Zubair bin Al-Awwam saat beliau tiba di Madinah. Ibnu Mas’ud merupakan sahabat yang paling berani dalam berjihad di jalan Allah, beliau mengikuti semua peperangan yang dilakukan kaum muslimin, saat perang Badr ibnu Mas’ud pergi menghadap Rasulullah dan memberi kabar gembira untuknya, beliau berkata : wahai Rasulullah, aku telah berhasil membunuh Abu Jahal, maka Rasulullahpun gembira mendengar berita tersebut dan menghadiahkan kepadanya pedang yang dipergunakan Abu Jahal sebagai imbalan terhadap apa yang dilakukan.

      Ibnu Mas’ud juga merupakan sahabat yang paling cerdas dalam hafalan –Qiraah- Al-Quran, dan memiliki suara yang merdu. Karena itulah Rasulullah saw  pernah bersabda : “Mintalah kalian akan bacaan Al-Quran pada empat sahabat : Abdullah bin Mas’ud, Salim maula Hudzaifah, Ubay bin Ka’ab dan Mu’adz bin Jabal”. (HR. Al-Bukhari). Beliau juga bersabda : “Bagi siapa yang suka membaca Al-Quran dengan benar sesuai dengan yang diturunkan, maka hendaknya mengikuti bacaan Ibnu Ummi Abd”. (HR. Al-Bazzar).

     Dan Rasulullah saw juga senang mendengar bacaan Al-Quran darinya, suatu hari beliau berkata kepadanya : “Bacakanlah kepadaku Al-Quran”, Abdullah berkata : saya membacakan Al-Quran atasmu sementara Al-Quran turun kepadamu ? beliau bersabda : “Aku sangat senang mendengar ayat Al-Quran dari selainku”, maka beliaupun membacakannya surat An-nisa hingga mencapai ayat dari firman Allah : فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلاءِ شَهِيداً maka Rasulullahpun menangis dan berkata kepadanya : Cukuplah sampai disitu !” (Al-Bukhari) Ibnu Masud berkata : Saya mendapatkan dari mulut Rasulullah saw 70 puluh surat. Dia berkata tentang dirinya : sungguh aku lebih faham tentang kitabullah dari sahabat lainnya padahal aku tidak lebih baik dari mereka, dan tidak ada kitabullah; baik surat ataupun ayat kecuali aku tahu dimana diturunkan dan kapan diturunkan. Abdullah bin Abbas pernah berkata : Nabi saw selalu mengulang bacaan Al-Quran bersama Jibril satu kali dalam setahun, dan saat menjelang ajal dilakukan dua kali, dan saat itu Abdullah bin Masud hadir dan beliau mengetahui mana ayat yang dihapus dan mana yang diganti.

      Hudzaifah juga pernah berkata : para penghafal Al-Quran dari sahabat sudah banyak mengetahui bahwa Abdullah bin Mas’ud merupakan orang yang paling dekat wasilahnya pada hari kiamat dan paling faham tentang kitabullah. Abdullah bin Masud sangat cinta kepada Allah dan Rasulullah saw dan beliau selalu mengiringinya kemana saja beliau berjalan, membantu nabi saw. memakaikan sendalnya, membangunkannya jika beliau tertidur, menutupinya jika beliau sedang mandi, dan nabipun sangat cinta dan begitu cinta dengan Abdullah. Beliau pernah berkata kepada Rasulullah saw : Ijinkan aku untuk mengangkatkan hijab untuk menutupimu, dan mempergunakan bantalku –tempat tidurku- hingga dapat melindungimu”. (Muslim). Maka sejak saat itu Abdullah diberi julukan dengan shohib assawad wa siwak –pemilik bantal dan siwak-, Rasulullah saw telah memberikan kabar gembira kepadanya sebagai calon penghuni surga, Rasulullah saw bersabda kepadanya : “Sekiranya saya diperintahkan untuk menunjuk pemimpin kepada seseorang –menjadi khalifah- tanpa musywarah diantara mereka maka aku akan angkat –menjadi khalifah- atas mereka Ibnu ummi Abd”. (Turmudzi).

      Rasulullah saw juga pernah bersabda : “Berpegang teguhlah dengan ahd –kitab- Ibnu Mas’ud”. (Turmudzi). Dan Abdullah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : “Saya ridlo terhadap umatku sebagaimana yang diridloi Ibnu Ummi Abd”. (Al-Hakim). Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw menyuruh Abdullah bin Mas’ud memanjat sebuah pohon untuk memetik buahnya, ketika para sahabat melihat betis kakinya mereka tertawa, maka Rasulullah saw bersabda : “Apa yang kalian tertawakan? sunnguh kaki Abdullah bin Mas’ud lebih berat timbangannya pada hari kiamat dari siapapun”. (HR. Ahmad, Ibnu Sa’ad dan Abu Na’im).

       Pada masa khilafah Al-Faruq ra, Umar mengutus beliau dan Yaser ke Kufah, beliau berkata : Ammar sebagai gubernur dan Ibnu Mas’ud sebagai guru dan mentrinya, kemudian beliau juga berpesan kepada penduduk Kufah : Saya titipkan pada kalian Abdullah bin Mas’ud atas diriku. Pada saat musim haji datanglah seseorang dari Kufah dan bertemu kepada Umar, dia berkata : Wahai Amirul Mu’minin saya datang dari Kufah dan saya tinggalkan seseorang yang mengkisahkan mushaf Al-Quran dari hatinya. Umar berkata : celaka kamu, siapakah gerangan ? lelaki itu berkata : Abdullah bin Mas’ud. Umar berkata : Demi Allah, saya tidak mengetahui seorangpun dari manusia lebih berhak darinya. Abdullah bin Mas’ud adalah orang yang ‘alim dan bijaksana. Diantara ungkapannya yang terkenal adalah : “Wahai sekalian manusia, hendaklah kalian taat dan selalu berada dalam jamaah, karena yang demikian adalah tali Allah yang telah diperintahkan, dan sesungguhnya sesuatu yang kalian tidak sukai dalam berjamaah lebih baik daripada sesuatu yang kalian cintai dalam berpecah belah”.

       Beliau juga pernah berkata : Sungguh saya sangat benci pada seseorang yang santai, tidak memiliki pekerjaan di dunia dan untuk akhiratnya”. Saat sakaratul maut, Amirul mukminin Utsman bin Affan datang menjenguknya, beliau berkata kepadanya : Maukah aku panggilkan dokter untukmu ? Abdullah bin Mas’ud berkata : Dokter telah membuatku sakit. Utsman berkata : kami berikan kepada anak-anak perempuanmu harta. Beliau mempunyai 9 orang anak perempuan. Abdullah berkata : tidak, aku telah mengajarkan kepada mereka surat, saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang membaca surat al-waqiah maka tidak menimpa dirinya kekurangan selamanya”. (Ibnu Asakir).

      Ibnu Mas’ud menjumpai Rabbnya dengan keimanan yang benar dan keyakinan yang teguh, merasa cukup terhadap apa yang telah dikaruniakan Allah kepadanya, Zuhud terhadap segala kenikmatan dunia yang palsu, beliau meninggal pada tahun 32 H, dan umurnya pada saat itu 60 tahun dan dikebumikan dipemakaman baqi.Ibnu Mas’ud banyak meriwayatkan hadits Rasulullah saw, dan para sahabat serta para tabiin banyak meriwayatkan hadits darinya.

======================

Sumber: http://www.al-ikhwan.net/mutiara-kehidupan-para-sahabatabdullah-bin-masud-sosok-pemberani-yang-menjaharkan-al-quran-nun-ilmuwan-yang-cerdas-422/

Saturday, 20 July 2013

Bekerjalah seperti Umat Nabi Daud As.

     MOBIL kijang biru tua dari luar kota sore itu memasuki Kota Kembang Bandung. Teduh menjelang malam menyejukan pemandangan di sekitar pinggiran kota. Selepas keluar jalan tol Purbaleunyi, di perempatan, lampu merah menyala. Mobil terhenti dalam antrean tidak begitu panjang. Seorang penjaja makanan mendekati, sambil mengangkat barang dagangan menawarkan apa yang dibawanya. Kaca mobil tidak terbuka, hanya lambaian tangan tanda yang menolak tawaran si penjaja, terlihat dari belakang kemudi yang samar dibalik kaca film gelap. Tidak begitu lama berselang pengemis dengan baju compang-camping tapi masih dalam usia produktif juga menghampirinya. Menengadahkan tangan sambil berucap, “Kasihan pak, kasihan pak…….” Kemudian kaca mobil terbuka dan uang recehan pun di keluarkan untuk si pengemis. Memang penjaja makanan dan pengemis di lampu-lampu merah bukanlah pemandangan yang aneh. selepas keluar jalan tol Pasteur tersebut. Lantas, apa yang aneh? Apa yang menjadi masalah? Dua orang penumpang di dalam mobil tampak karib terlibat dalam pembicaraan. “Mengapa kamu lebih tertarik memberikan uang pada pengemis dari pada membeli barang dagangan penjual tadi?” tanya sahabat yang sama-sama duduk di kursi depan. ”Saya tidak membutuhkan barang dagangan penjual itu,” jawaban simple keluar dari mulut karibnya yang mengemudi. Percakapan itu singkat, kejadian itu juga singkat. Tapi dampak dari kejadian tersebut tidaklah singkat. Pengemis yang merasa mudah mendapatkan uang dengan menengadahkan tangan tiap hari dari mobil ke mobil, dari toko ke toko dari rumah ke rumah merasa nyaman dengan kehidupan tersebut. Populasinya pun kian bertambah. Malas bekerja, malas berusaha dan lebih senang meminta-minta merembet pada kemiskinan dan kebodohan. Kejadian seperti ini sering menghampiri kita. Di toko, kantor, jalan dan tempat-tempat lainnya. Gepeng……. Ya istilah itu yang sekarang sering kita dengar. Gembel dan pengemis. Duet maut yang meramaikan keadaan kota. Menunjukan betapa miskinnya negeri yang kaya ini. Sedikit banyak, mungkin keduanya menunjukan gambaran sekilas keadaan negeri ini. Apa para pemimpin negeri ini juga lebih suka meminta daripada memberi? Apa mereka dilindungi pemerintah? Atau pemerintah tidak peduli? Atau tak punya waktu untuk mengurusnya? Atau tak mampu mengurusinya? Kenapa harus pemerintah? Karena untuk mengubah dirinya sendiri saja, penjaja dan pengemis itu tidak bisa. Mungkin, sejenak kita bisa melihat lebih khusyuk kepada si penjaja makanan dan pengemis itu. Mana yang lebih terhormat, seorang yang berusaha memenuhi nafkahnya dengan bekerja keras meneteskan keringat atau meminta? Mengapa negeri ini melahirkan orang-orang manja yang hanya ingin meminta dan tidak mau berusaha? Dan semua itu berorientasi pada satu: Harga diri. Yang membuat kita punya harga diri adalah diri kita sendiri bukan orang lain. Yang membuat bangsa itu punya harga diri adalah bangsa itu sendiri bukan bangsa lain. Bekerja dan berusahalah yang keras jangan sampai merendahkan harga diri kita! Bekerja memebuat diri kita hidup, bekerja membuat diri kita lebih berarti, bekerja juga adalah ibadah sebagai rasa syukur kita terhadap nikmat yang telah Allah swt berikan terhadap kita. 
sumber : islampos.com

Wednesday, 17 July 2013

Habib Muhammad bin 'Abdullah al-haddar RA

     Habib Muhammad bin `Abdullah al-Haddar Nya Lineage Dia adalah al-Habib al-`Allamah Muhammad bin` Abdullah "Al-Haddar" bin Syaikh bin Ahmad bin Muhsin bin `Ali bin Saleh bin Muhammad bin Shalih bin Ahmad bin al-Husayn bin al-Syaikh al-Fakhr Abu Bakr bin Salim bin `Abdullah bin` Abd al-Rahman bin `Abdullah bin Syaikh` Abd al-Rahman al-Saqqaf bin Syaikh Muhammad al-Mawla Dawilah, bin `Ali Mawla Darak, bin` Alawi al-Ghuyur, bin al-Faqih al-Muqaddam , Muhammad bin `Ali, bin Muhammad Sahib Mirbat, bin` Ali Khali `Qasam, bin` Alawi, bin Muhammad Sahib al-Sawma'a, bin `Alawi, bin` Ubaydullah, bin al-Imam al-Muhajir il-Allah Ahmad , bin `Isa, bin Muhammad al-Naqib, bin` Ali al-`Uraydi, bin Ja'far al-Shadiq, bin Muhammad al-Baqir, bin` Ali Zayn al-`Abidin, bin Husain al-SIBT, bin` Ali bin Abu Thalib dan Fatimah al-Zahra, putri Nabi Muhammad, penutup para nabi G. Nya Hidup Habib Muhammad dilahirkan di desa `Daerah orang Kanaan dekat kota al-Bayda di utara Yaman pada 1340 tahun Hijriah (1921 Masehi). Muhsin kakek buyut-Nya yang besar telah meninggalkan Hadramaut dan menetap di al-Bayda sekitar awal abad ke-13 Hijriah. Dia diberi yang terbaik dari upbringings oleh ayahnya, yang telah mengabdikan dirinya untuk melayani Allah, padahal ia masih dalam kandungan ibunya berharap bahwa Allah pada gilirannya akan membuat dia seorang sarjana. Ibunya adalah Nur binti `Abdullah Ba Sahi, seorang wanita yang sangat saleh dikenal untuk ibadah dan amal. Dia akan menghabiskan dari fajar senja dalam memasak dapurnya untuk lapar, terutama pada masa kelaparan di Yaman selama Perang Dunia Kedua. Dalam masa kecilnya Habib Muhammad belajar Alquran dan ilmu-ilmu dasar dari Din dari ayahnya dan ulama al-Bayda. Pada salah satu malam terakhir bulan Ramadan sementara di masjid ia menyaksikan cahaya yang brilian. Ketika ia memberitahu ayahnya ini ia berkata kepadanya: "Mungkin itu adalah Lailatul Qadr-jadi meminta Allah untuk membuat Anda salah satu ulama yang bertindak sesuai dengan pengetahuan mereka." Rasa haus akan pengetahuan kemudian menuntunnya untuk mencoba untuk melakukan perjalanan ke Tarim pada usia tujuh belas. Setelah bepergian dengan perahu layar dari Aden ke al-Mukalla ia tidak dapat melangkah lebih jauh karena perselisihan politik dan dengan demikian kembali ke rumah. Tidak tergoyahkan, ia kemudian melanjutkan perjalanan melalui darat. Ayahnya menemaninya pada leg pertama perjalanan. Ketika tiba waktunya bagi mereka untuk berpisah ayahnya menghadapi kiblat dengan air mata di matanya dan berkata: "Ya Allah orang mengirimkan anak-anak mereka ke Amerika dan tempat-tempat lain untuk mendapatkan mereka uang dan saya mengirim dia untuk belajar sehingga memberinya membuka dan membuatnya salah satu ulama yang bertindak sesuai dengan pengetahuan mereka "Meskipun hampir mati kehausan di jalan pegunungan antara Seiyun dan Tarim ia akhirnya tiba dengan selamat di Tarim, dan langsung menuju Ribat yang terkenal, di mana ia bertemu. oleh Syaikh nya, Habib Abdullah bin `` Umar al-Shatiri. Habib Muhammad menghabiskan empat tahun di Ribat dalam mengejar pengetahuan. Usahanya yang besar. Ia akan mempersiapkan setiap pelajaran dengan membaca materi subjek setidaknya delapan belas kali dan hanya akan tidur sekitar dua jam di siang dan malam. Jadi dia terlibat dalam studi bahwa ia tidak pernah memasuki ruang siswa di ruang sebelah kepadanya dan melakukan surat-surat tidak terbuka yang dikirimkan kepadanya dari al-Bayda. Habib `Abdullah diakui kemampuannya dan memberinya perhatian khusus dan tanggung jawab, meninggalkan Ribat di tangannya ketika ia meninggalkan Tarim. Ia belajar di tangan antara lain Habib `Alawi bin` Abdullah Shihab al-Din, Habib Ja'far bin Ahmad al-`Aydarus dan Syaikh Mahfuzh bin Salim al-Zubaydi. Setelah kematian Habib `Abdullah pada 1361 (1941) Habib Muhammad kembali ke rumah, hatinya penuh dengan keinginan untuk menyebarkan pengetahuan dan orang-orang panduan untuk jalan Allah. Pada 1362 (1942) ia mendirikan sebuah madrasah di tempat kelahirannya `Daerah orang Kanaan. Dia juga akan mengambil da `wa nya kepada orang-orang, bepergian dari desa ke desa mengingatkan orang tugasnya. Dia akan menangani orang banyak yang berkumpul untuk pasar mingguan di kota al-Bayda dan memainkan peran penting dalam menyelesaikan konflik suku. Dia melakukan perjalanan dengan berjalan kaki untuk melakukan haji tahun 1365 (1945). Setelah kembali, ia menghabiskan beberapa waktu di Ta `izz belajar di tangan Habib Ibrahim bin` Aqil bin Yahya. Pada 1375 (1955) ia melakukan haji untuk kedua kalinya dan dari tahun itu dia akan membuat haji hampir setiap tahun, pada saat yang sama mengambil ilmu dari para ulama di Hijaz, di antaranya Sayyid `Alawi bin 'Abbas al-Maliki. Pada 1370 (1950) ia melakukan perjalanan ke Somalia dan dibuat imam Masjid Mirwas di Mogadishu. Dia tetap ada selama satu tahun setengah. Dia mengajar terus-menerus dan mengawasi pembentukan Ribat di kota Bidua. Di sinilah syekhnya, penelepon yang besar kepada Allah Habib Ahmad Mashur al-Haddad mengunjunginya. Habib Muhammad sudah lama ingin membangun Ribat di kota al-Bayda. Dia mencari dukungan keuangan di Aden dan Ethiopia dan konstruksi awal selesai pada 1380 (1960). Banyak orang melihat Rasulullah G dalam penglihatan mimpi memberikan kabar baik dari keberhasilan Ribat tersebut. Seseorang melihat dia menanam kakinya diberkati di Ribat yang mengatakan: Habib Muhammad sedang membutuhkan seorang guru sehingga ia meminta agar Habib Muhammad bin Salim bin Hafiz mengirim seseorang dari Tarim "Ini akan tetap selama umatku tetap.". Habib Muhammad bin Salim dipilih Habib Zayn bin Ibrahim bin Sumayt, yang menjadi guru Ribat terbesar dan tetap di al-Bayda untuk sekitar dua puluh tahun. Pada 1402 (1981) Habib Umar bin Muhammad `bin Salim bin Hafiz meninggalkan Hadramaut bermasalah dan datang ke al-Bayda. Dia menghabiskan sepuluh tahun mengambil pengetahuan dari Habib Muhammad, yang menikahi putrinya kepadanya. Habib `Umar juga mengajar di Ribat dan dikeluarkan upaya-upaya besar memanggil orang-orang dari daerah kepada Allah dan Rasul-Nya G. Semua ini adalah persiapan terbaik untuk kembali ke Hadramaut setelah jatuhnya rezim sosialis dan pembentukan nya akhirnya nya sendiri ribat, Dar al-Mustafa. Habib Muhammad adalah setia dalam oposisi kepada pemerintah sosialis yang berkuasa di Yaman Selatan tahun 1387 (1967). Hal ini menyebabkan penahanannya di al-Mukalla pada kunjungan ke Hadramaut pada tahun 1390 (1970). Tapi ini tidak mencegah dia dari menelepon kepada Allah dan dalam waktunya di sana penjara itu berubah. Kelima shalat didirikan dalam kuliah jemaat dan Habib Muhammad disampaikan dan pelajaran kepada narapidana. Karena sebagian untuk perantaraan Habib `Abd al-Qadir bin Ahmad al-Saqqaf dan Habib Ja'far al-` Aydarus, ia akhirnya dibebaskan dan ia kembali ke al-Bayda, setelah berterima kasih kepada mereka atas upaya mereka dan memperingatkan para ulama Tarim dan Seiyun dari bahaya yang tersisa di Hadramawt. Pada 1395 (1974) ia pergi ke Kepulauan Komoro untuk mengunjungi Imam besar Habib Umar bin `Ahmad bin Sumayt dan kemudian ke Kenya untuk mengunjungi Habib Ahmad Mashur al-Haddad. Habib Muhammad telah membentuk ikatan yang erat dengan Habib `Abd al-Qadir al-Saqqaf dan mereka bersama-sama ke Irak dan Suriah di 1.396 (1975). Habib `Abd al-Qadir juga dua kali mengunjungi al-Bayda dan Ribat Habib Muhammad. Habib Muhammad sangat menghormati gerakan Tabligh dan pada 1402 (1981) ia menuju ke Pakistan, Bangladesh, Thailand dan Malaysia untuk mengunjungi ulama gerakan dan menghadiri pertemuan-pertemuan mereka. Dari waktu ia bangkit untuk shalat malam saat terjaga nya dipenuhi dengan mengingat Allah. Dia akan menyelesaikan bacaan Al-Qur'an setiap minggu. Dia akan mengajar setiap hari dari buku-buku seperti Sahih al-Bukhari, 'Ihya' Ulum al-Din, al-Shifa dan Minhaj al-Talibin Imam al-Nawawi. Dia tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah dari masa kecilnya hingga usia tuanya. Dia akan duduk setiap hari untuk menyelesaikan masalah rakyat dan menerima pertanyaan mereka dan karena pengetahuan yang besar hukumnya ia diangkat mufti dari provinsi al-Bayda. Ia mengumpulkan sejumlah koleksi adhkar untuk dibaca siang hari dan malam (al-Fawa'id al-Ithna `Ashar, Nashi'at al-Layl) dan perjalanan (Jawahir al-Jawahir). The adhkar banyak yang dibaca hari ini di Dar al-Mustafa hanyalah pilihan dari beberapa awrad sehari-hari. Ia juga menyusun koleksi ahdkar dan duas untuk Ramadhan (al-Nafahat al-Ramadaniyya) dan Haji (Miftah al-Haji). Dia menulis sebuah risalah tentang pencapaian akhlak mulia (`Ajalat al-Sibaq), sebuah risalah tentang kinerja Haji (Risalat al-Hajj al-Mabrur) dan dikompilasi pilihan hadis berjudul al-Shifa Saqim. Melalui banyak puisi nya, banyak ditulis dalam bahasa sehari-hari bahasa Arab, ia memanggil orang-orang untuk memenuhi tugas mereka terhadap Allah dan memperingatkan mereka terhadap mematuhi-Nya. Habib Muhammad menderita selama bertahun-tahun dari penyakit serius dan menjelang akhir hidupnya ia pindah ke Mekah yang iklim cocok kondisinya. Dia akan melakukan perjalanan secara teratur untuk mengunjungi kakeknya Rasulullah G di mana ia akan berdiri selama berjam-jam di depan Chamber Mahakudus. Ia juga akan pergi sering ke Jeddah untuk menghadiri pertemuan dari Habib `Abd al-Qadir al-Saqqaf dan juga akan menghadiri pertemuan Habib` Attas al-Habashi di Mekah. Anaknya berkata kepadanya bahwa ia tidak menyia-nyiakan momen hidupnya. Karena ketidakmampuan sebagai mendekati kematian ia memiliki salah satu kerabatnya membuat bertayamum baginya. Kata-kata terakhirnya adalah kata-kata yang akan mengulangi sering sepanjang hidupnya: لا إله إلا الله أفني بها عمريلا إله إلا الله أدخل بها قبريلا إله إلا الله أخلو بها وحديلا إله إلا الله ألقى بها ربيla ilaha ill'Allah - dengan itu saya mengakhiri hidup saya la ilaha ill'Allah - dengan itu saya masukkan kuburan saya la ilaha ill'Allah - dengan itu saja saya mengisolasi diri la ilaha ill'Allah - dengan itu saya bertemu Tuhanku Dia kemudian jatuh ke sujud dan jiwanya meninggalkan tubuhnya. Itu adalah Rabi 8 `al-Thani 1418 (1997). Sebagai tubuhnya dibawa ke tempat peristirahatannya di Mu `allah Cemetery, Mekkah dipenuhi dengan bacaan keras la ilaha ill'Allah, akhir yang cocok untuk seorang pria yang mengatakan:" daging dan darah diresapi dengan la ilaha ill'Allah "Dia dimakamkan di dekat ibunya,. dengan Ibu Mukminin, al-Sayyida Khadija al-Kubra dan Habib Ahmad Mashur al-Haddad. Semoga Allah terus mendapatkan keuntungan kami dengan dia dan mungkin ingatannya hidup. Dia akan mengakhiri pertemuan dan doa di bagian terakhir malam dengan kata-kata ini: وامنن إلهي بالقبول لأعمالنا والدعوات,ندخل مع طه وآله في الصفوف الأولات,معهم وفيهم دائما في الدار ذه والآخرات,واغفر لناظمها وللقارين هم والقاريات,ومن سمعها أو نشرها وكاتبين وكاتبات,وارحم ووفق أمة أحمد واهد واصلح للنيات,عليه صلى الله وسلم عد ذر الكائنات,وآله وكل الأنبياء والصالحين والصالحات,في كل لحظة أبدا على عداد اللحظات,والحمد لله كما يحب عد النعمات, Tuhanku memberikan tindakan kita dan penerimaan permohonanMari kita masuk (surga) bersama dengan Ta Ha dan keluarganya di baris pertama Marilah kita bersama mereka selalu tinggal ini dan di akhiratMaafkan penyair dan mereka yang membaca puisi ini pria dan wanita Dan siapapun yang mendengarnya dan menyebar dan orang-orang yang menulis itu laki-laki dan perempuanKasihanilah dan rahmat hibah kepada ummat Ahmad, membimbing anggotanya dan meluruskan niat kita Mei perdamaian dan berkah besertanya jumlah atom dalam penciptaanDan pada keluarganya dan semua nabi dan orang-orang saleh dan wanita Dalam setiap instan untuk lamanya jumlah instants dalam waktuDan pujian milik Allah untuk jumlah berkat-Nya sebagaimana Dia suka dipuji.
http://www.sunniforum.com/forum/showthread.php?69803-Habib-Muhammad-bin-Abdullah-al-haddar-RA

Silsilah Al-Haddar

     Mereka adalah keturunan waliyullah Abdullah bin Ali bin Muhsein bin Husein bin Syaich Abu Bakar bin Salim. Gelar yang disandang karena beliau berda’wah dengan suara yang keras sekali bagai suara guntur. Suara macam itu disebut Haddar. Beliau dilahirkan di Inat Hadramaut, dikarunia 2 orang anak lelaki yaitu : Hafidz dan Umar. Keturunan beliau hanya ada di Pulau Jawa. Beliau wafat di kota Inat tahun 1148 Hijriyah. Saudara Abdullah bin Ali adalah waliyullah Hadi bin Ali al-Haddar yang dikaruniai seorang anak laki bernama Salim yang keturunannya berada di Ternate. Beliau wafat di kota Inat tahun 1149 H. Perhatian : Terdapat keluarga Al-Haddar yang bukan dari kelompok di atas, yaitu keluarga Al-Haddar dari Asyraf Dawudiyah Sulaimaniyin.

Sunday, 14 July 2013

Kisah (4) empat Nabi yang masih Hidup sampai sekarang

Kisah Empat Nabi Yang Masih 

Hidup Sampai Sekarang

Berikut kisah tentang empat nabi yang masih hidup sampai sekarang :
  • Kisah Nabi Isa Alaihissalam

     Al-Qur’an menerangkan dalam surat AnNisaa’:157 bahwa Nabi Isa AS tidaklah dibunuh maupun disalib oleh orang-orang Kafir. Adapun yang mereka salib adalah orang yang bentuk dan rupanya diserupakan oleh Allah SWT seperti Nabi Isa AS (sebagian ulama berpendapat orang yang diserupakan adalah muridnya yang berkhianat yang bernama Yudas Iskariot) dan karena ucapan mereka:
“Sesungguhnya kami telah membunuh AlMasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
(An Nisaa’ : 157)
langit
     Nabi Isa AS diselamatkan oleh Allah SWT dengan jalan diangkat ke langit dan ditempatkan disuatu tempat yang hanya Allah SWT yang tahu tentang hal ini. AlQur’an menjelaskan tentang peristiwa penyelamatan ini. ”Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa’ :158)
(Khotib).
  • Kisah Nabi Khidir Alaihissalam

     Pada saat Raja Iskandar Dzul Qarnain pada tahun 322 S. M. berjalan di atas bumi menuju ke tepi bumi, Allah SWT mewakilkan seorang malaikat yang bernama Rofa’il untuk mendampingi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Di tengah perjalanan mereka berbincang-bincang, Raja Iskandar Dzul Qarnain berkata kepada malaikat Rofa’il: “Wahai malaikat Rofa’il ceritakan kepadaku tentang ibadah para malaikat di langit ”,
malaikat Rofa’il berkata, “Ibadah para mailaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya ”.
Kemudian raja berkata, “Alangkah senangnya seandainya aku hidup bertahun-tahun dalam beribadah kepada Allah ”.
Lalu malaikat Rofa’il berkata, “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air bumi, namanya ‘Ainul Hayat’ yang berarti, sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminumnya seteguk, maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau sehingga ia mohon kepada Allah agar supaya dimatikan ”.
Kemudianya raja bertanya kepada malaikat Rofa’il, “Apakah kau tahu tempat “Ainun Hayat itu?”.
mailaikat Rofa’il menjawab, “Bahwa sesungguhnya Ainun Hayat itu berada di bumi yang gelap ”.
Setelah raja mendengar keterangan dari malaikat Rofa’il tentang Ainul hayat, maka raja segera mengumpulkan ‘Alim Ulama’ pada zaman itu, dan raja bertanya kepada mereka tentang Ainul Hayat itu, tetapi mereka menjawab, “Kita tidak tahu khabarnya, namun seoarng yang alim di antara mereka menjawab, “ Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat nabi Adam AS, beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat di bumi yang gelap ”.
“Di manakah tempat bumi gelap itu?” tanya raja.
Seorang yang alim menjawab, “Di tempat keluarnya matahari”.
gurun
     Kemudian raja bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu raja bertanya kepada sahabatnya. “Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap ?”.
Para sahabat menjawab, “Kuda betina yang perawan”.
Kemudian raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang perawan-perawan, lalu raja memilih-milih di antara tentaranya, sebanyak 6000 orang dipilih yang cendikiawan dan yang ahli mencambuk.
Di antara mereka adalah Nabi Khidir AS, bahkan beliau menjabat sebagai Perdana Menteri. Kemudian berjalanlah mereka dan Nabi Khidir AS berjalan di depan pasukannya dan mereka jumpai dalam perjalanan, bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat.
Kemudian mereka tidak berhenti-henti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai ditepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu memancar seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam. Kemudian seorang yang sangat cendikiawan mencegah Raja masuk ke tempat gelap itu dan tentara-tentaranya, berkata ia kepada raja. ”Wahai Raja, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk tempat yang gelap ini karena tempat yang gelap ini berbahaya. ”
Lalu Raja berkata: ” Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak.”
Kemudian ketika Raja hendak masuk, maka meraka semua membiarkannya. Kemudian Raja berkata kepada pasukannya: ”Diamlah, tunggulah kalian ditempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa datang pada kalian dalam masa 12 tahun itu, maka kedatanganku dan menunggu kalian termasuk baik, dan jika aku tidak datang sampai 12 tahun, maka pulanglah kembali ke negeri kalian”.
Kemudian raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: ” Apabila kita melewati tempat yang gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita ?”.
“Tidak bisa kelihatan”,jawab malaikat Rofa’il,” akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara, jika merjan itu ke atas bumi, maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian maka kawan- kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian.”
Kemudian Raja Iskandar Dzul Qurnain masuk ke tempat yang gelap itu bersama sekelompok pasukannya, mereka berjalan di tempat yang gelap itu selama 18 hari tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat malam dan siang, tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan raja berjalan dengan didampingi oleh Nabi Khidlir AS.
Di saat mereka berjalan, maka Allah SWT memberi wahyu keapda Nabi Khidlir AS, ”Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu ”.
Setelah Nabi Khidlir menerima wahyu tersebut, kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya: “ Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian. ”
Kemudian beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang, maka didapatilah oleh beliau sebuah Ainul Hayat yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidlir AS turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke “Ainul Hayat” (sumber air kehidupan) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air kehidupan tersebut, maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis daripada madu. Setelah beliau mandi dan minum Ainul hayat tersebut, kemudian beliau keluar dari tempat Ainul Hayat itu terus menemui Raja Iskandar Dzulkarnain, sedangkan raja tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Nabi Khidlir AS, tentang melihat Ainul Hayat dan mandi.
(Menurut riwayat yang diceritakan oleh Wahab bin Munabbah), dia berkata, bahwa Nabi Khidlir AS adalah anak dari bibi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Dan raja Iskandar Dzulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap itu selama 40 hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar seperti kilat, maka terlihat oleh Raja, bumi yang berpasir merah dan terdengar oleh raja suara gemercik di bawah kaki kuda, kemudian Raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: “Gemercik ini adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya, niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya, niscaya ia akan menyesal juga. ”
Kemudian di antara pasukan ada yang membawanya namun sedikit, setelah mereka keluar dari tempat yang gelap itu, ternyata bahwa benda tersebut adalah yakut yang berwarna merah dan jambrut yang berwarna hijau, maka menyesallah pasukan yang mengambil itu karena mengambilnya hanya sedikit, demikianlah pula pasukan yang tidak mengambilnya, bahkan lebih menyesal. Diriwayatkan oleh Ats-tsa’Labi dari: Iman Ali Rodliayllohu ‘ anhu.
1. Cerita ini dikutib dari kitab “ Baidai’iz karangan Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas halaman 166 – 168. Penerbit: Usaha Keluarga s Semarang.
2. Cerita dari Kitab Nuzhatul Majalis Karangan Syeikh Abdul Rohman Ash-Shafuri.
Penerbit Darul Fikri Bairut Halaman 257 – 258.
(Salafy Tobat).
  • Kisah Nabi Idris Alaihissalam

     Lalu keduanya menerusakan perjalanan sampai empat hari lamanya dan selama itu pula Nabi Idris AS menemukan keanehan yang ada pada Malaikat itu dan Nabi Idris AS bertanya: ”Hai tuan, kamu ini sebenarnya siapa?”,
Malaikat itu menjawab: ”Saya adalah malaikat pencabut nyawa”.
Nabi Idris AS bertanya:” Apakah kamu akan mencabut nyawa manusia?”,
Malaikat menjawab:”Ya”,
Nabi Idris AS bertanya: ”Apakah kamu juga mencabut nyawa selama dalam perjalanan bersama saya?”,
Malaikat menjawab: ”Ya, saya telah mencabut beberapa nyawa manusia dan sesungguhnya nyawa manusia itu adalah bagaikan hidangan makanan, sebagai mana kamu menghadapi sesuap makanan saja”.
Nabi Idris AS berkata: ”Dan apakah kamu datang ini untuk mencabut nyawa saya atau sekedar berkunjung?”,
Malaikat menjawab: ”Saya datang hanya untuk berkunjung”,
Nabi Idris AS berkata: ”kalau begitu saya punya hajat kepadamu”,
Malaikat menjawab: ”Hajat apa, hai Nabi Idris?”
Nabi Idris AS berkata: ”Saya ingin agar kamu mencabut nyawa saya, lalu memohonlah kepada Allah untuk menghidupkan saya sehingga saya bisa beribadah kepada Allah sesudah merasakan sakitnya mati”.
Malaikat menjawab: ”Sungguh saya tidak bisa mencabut nyawa seseorang tanpa seijin Allah”.
Lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: ”Cabutlah nyawa Idris!”.
Kemudian malaikat itu mencabut nyawa Nabi Idris AS dan matilah Nabi Idris AS lalu Malaikat menangis sambil merendahkan diri untuk memohon kepada Allah SWT agar menghidupkan Nabi Idris AS kembali, kemudian Allah menghidupkan Nabi Idris AS, lalu malaikat bertanya: ”Hai Nabi Idris bagaimana rasanya mati itu?”.
Nabi Idris AS berkata:”Sungguh rasanya mati itu bagaikan binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup, sedang rasa mati itu melebihi 100X lipat rasa sakit binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup”.
Malaikat menjawab:”Hai Nabi Idris, padahal saya mencabut nyawamu itu dengan cara hati-hati dan sangat halus dan ini belum pernah saya lakukan kepada siapapun”.
Nabi Idris AS berkata: ”Saya mempunyai hajat yang lain kepadamu, yaitu ingin melihat neraka jahannam, agar saat melihat itu saya lebih banyak beribadah kepada Allah”.
Malaikat menjawab: ”Sungguh saya tidak bisa masuk neraka jahannam tanpa ada izin dari Allah”, lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: ”Pergilah kamu bersama Nabi Idris ke neraka jahannam”.
Kemudian malaikat bersama Nabi Idris AS pergi ke neraka jahannam, maka Nabi Idris AS dapat melihat segala yang dipersiapkan untuk menyiksa di neraka jahannam, lalu keduanya kembali dari neraka jahannam. Nabi Idris AS berkata: ”Saya punya hajat lagi kepada kamu, agar kamu mengajakku pergi ke syurga,dan setelah itu saya akan menjadi hamba yang lebih taat dalam beragama”.
Malaikat berkata: ”Saya tidak bisa masuk syurga tanpa ada ijin dari Allah”.
Lalu Allah AS berfirman: ”Hai Malaikat pergilah kamu bersama Idris ke syurga”.
istana
     Dan keduanya pergi ke syurga dan berhanti di depan pintu syurga, maka Nabi Idris AS dapat melihat segala kenikmatan yang ada dalam syurga, melihat kerajaan yang banyak, melihat anugerah yang banyak dan melihat pepohonan dan buah-buahan yang beraneka macam ragamnya.
Nabi Idris berkata: ”Wahai Malaikat, saya telah merasakan mati, telah melihat segala macam siksaan dalam neraka, lalu mohonlah kepada Allah, agar ia memberi izin saya masuk ke syurga, sehingga saya dapat minum air syurga dan sakit saya menjadi hilang serta terhindar dari neraka jahannam”.
Lalu Allah Berfirman kepada malaikat: ”Masuklah kamu ke syurga bersama Idris”, kemudian keduanya masuk syurga dan Nabi Idris AS meletakan sandalnya di bawah salah satu pohon di syurga, dan setelah keluar dari syurga.Nabi Idris berkata kepada Malaikat: ”Sungguh sandal saya tertinggal di syurga, maka kembalikan saya ke syurga”, dan setelah Nabi Idris AS tiba di syurga, Nabi Idris AS tidak mau di ajak keluar, ia ingin tetap tinggal dalam syurga, hingga Malaikat berteriak:”Hai Nabi Idris, keluarlah”, dan Nabi Idris AS tetap tidak mau keluar, dan berkata: ” Karena Allah telah berfirman”: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…”(Q.Surat Ali’imran ayat 185), Sedang saya telah merasakan mati.
Dan Allah Berfirman: “Dan tidak seorangpun darimu, melainkan mendatangi neraka itu….” (Q.Surat Maryam ayat 71). Dan sungguh saya telah memasuki neraka jahannam, dan Allah juga berfirman: “…….. dan sekali-kali mereka tidak akan di keluarkan dari padanya (syurga)”. (Q.Surat AL Hijr ayat 48)”.
Malaikat berkata: ”Lantas siapa yang akan mengeluarkan mu?”.
Lalu Allah berfirman kapada Malaikat: ”Tinggalkanlah Nabi Idris di syurga, sungguh Aku telah menetapkannya, bahwa ia termasuk ahli syurga”, kemudian Malaikat itu meninggalkan Nabi Idris AS di syurga dan tetaplah Nabi Idris AS berada dalam syurga untuk selama-lamanya. (Blog Anak Indonesia Timur).
  • Kisah Nabi Ilyas Alaihissalam

     Ketika sedang beristirahat datanglah Malaikat kepada Nabi Ilyas AS, Malaikat itu datang untuk menjemput ruhnya. Mendengar berita itu, Nabi Ilyas AS menjadi sedih dan menangis.
“ Mengapa engkau bersedih?” tanya Malaikat maut.
“ Tidak tahulah.” Jawab Nabi Ilyas AS.
“Apakah engkau bersedih karena akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi maut ?” tanya Malaikat.
“Tidak. Tiada sesuatu yang aku sesali kecuali karena aku menyesal tidak boleh lagi berzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup boleh terus berzikir memuji Allah, ” jawab Nabi Ilyas AS.
Saat itu Allah SWT lantas menurunkan wahyu kepada Malaikat agar menunda pencabutan nyawa itu dan memberi kesempatan kepada Nabi Ilyas AS berzikir sesuai dengan permintaannya. Nabi Ilyas AS ingin terus hidup semata-mata karena ingin berzikir kepada Allah SWT. Maka berzikirlah Nabi Ilyas AS sepanjang hidupnya.
taman
     “ Biarlah dia hidup di taman untuk berbisik dan mengadu serta berzikir kepada-Ku sampai akhir nanti. ” Firman Allah SWT.

Saturday, 13 July 2013

Sayyidina Umar r.a amirul mukminin khalifah ke 2 Islam dengan Ustman bin Affan

Oleh Salim A. Fillah       

"seperti sepatu yang kita pakai, tiap kaki memiliki ukurannya
    memaksakan tapal kecil untuk telapak besar akan menyakiti
    memaksakan sepatu besar untuk tapal kecil merepotkan
    kaki-kaki yang nyaman dalam sepatunya akan berbaris rapi-rapi"

     Seorang lelaki tinggi besar berlari-lari di tengah padang. Siang itu, mentari seakan didekatkan hingga sejengkal. Pasir membara, ranting-ranting menyala dalam tiupan angin yang keras dan panas. Dan lelaki itu masih berlari-lari. Lelaki itu menutupi wajah dari pasir yang beterbangan dengan surbannya, mengejar dan menggiring seekor anak unta.

      Di padang gembalaan tak jauh darinya, berdiri sebuah dangau pribadi berjendela. Sang pemilik, ’Utsman ibn ‘Affan, sedang beristirahat sambil melantun Al Quran, dengan menyanding air sejuk dan buah-buahan. Ketika melihat lelaki nan berlari-lari itu dan mengenalnya,

“Masya Allah” ’Utsman berseru, ”Bukankah itu Amirul Mukminin?!”

Ya, lelaki tinggi besar itu adalah ‘Umar ibn Al Khaththab.

”Ya Amirul Mukminin!” teriak ‘Utsman sekuat tenaga dari pintu dangaunya,

“Apa yang kau lakukan tengah angin ganas ini? Masuklah kemari!”

Dinding dangau di samping Utsman berderak keras diterpa angin yang deras.


kisah inspirasi
”Seekor unta zakat terpisah dari kawanannya. Aku takut Allah akan menanyakannya padaku. Aku akan menangkapnya. Masuklah hai ‘Utsman!” ’Umar berteriak dari kejauhan. Suaranya bersiponggang menggema memenuhi lembah dan bukit di sekalian padang.

“Masuklah kemari!” seru ‘Utsman,“Akan kusuruh pembantuku menangkapnya untukmu!”.

”Tidak!”, balas ‘Umar, “Masuklah ‘Utsman! Masuklah!”

“Demi Allah, hai Amirul Mukminin, kemarilah, Insya Allah unta itu akan kita dapatkan kembali.“

“Tidak, ini tanggung jawabku. Masuklah engkau hai ‘Utsman, anginnya makin keras, badai pasirnya mengganas!”

Angin makin kencang membawa butiran pasir membara. ‘Utsman pun masuk dan menutup pintu dangaunya. Dia bersandar dibaliknya & bergumam,

”Demi Allah, benarlah Dia & RasulNya. Engkau memang bagai Musa. Seorang yang kuat lagi terpercaya.”

‘Umar memang bukan ‘Utsman. Pun juga sebaliknya. Mereka berbeda, dan masing-masing menjadi unik dengan watak khas yang dimiliki.

‘Umar, jagoan yang biasa bergulat di Ukazh, tumbuh di tengah bani Makhzum nan keras & bani Adi nan jantan, kini memimpin kaum mukminin. Sifat-sifat itu –keras, jantan, tegas, tanggungjawab & ringan tangan turun gelanggang – dibawa ‘Umar, menjadi ciri khas kepemimpinannya.

‘Utsman, lelaki pemalu, anak tersayang kabilahnya, datang dari keluarga bani ‘Umayyah yang kaya raya dan terbiasa hidup nyaman sentausa. ’Umar tahu itu. Maka tak dimintanya ‘Utsman ikut turun ke sengatan mentari bersamanya mengejar unta zakat yang melarikan diri. Tidak. Itu bukan kebiasaan ‘Utsman. Rasa malulah yang menjadi akhlaq cantiknya. Kehalusan budi perhiasannya. Kedermawanan yang jadi jiwanya. Andai ‘Utsman jadi menyuruh sahayanya mengejar unta zakat itu; sang budak pasti dibebaskan karena Allah & dibekalinya bertimbun dinar.

Itulah ‘Umar. Dan inilah ‘Utsman. Mereka berbeda.

Bagaimanapun, Anas ibn Malik bersaksi bahwa ‘Utsman berusaha keras meneladani sebagian perilaku mulia ‘Umar sejauh jangkauan dirinya. Hidup sederhana ketika menjabat sebagai Khalifah misalnya.

“Suatu hari aku melihat ‘Utsman berkhutbah di mimbar Nabi ShallaLlaahu ‘Alaihi wa Sallam di Masjid Nabawi,” kata Anas . “Aku menghitung tambalan di surban dan jubah ‘Utsman”, lanjut Anas, “Dan kutemukan tak kurang dari tiga puluh dua jahitan.”

Dalam Dekapan ukhuwah, kita punya ukuran-ukuran yang tak serupa. Kita memiliki latar belakang yang berlainan. Maka tindak utama yang harus kita punya adalah; jangan mengukur orang dengan baju kita sendiri, atau baju milik tokoh lain lagi.

Dalam dekapan ukhuwah setiap manusia tetaplah dirinya. Tak ada yang berhak memaksa sesamanya untuk menjadi sesiapa yang ada dalam angannya.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat tulus pada saudara yang sedang diberi amanah memimpin umat. Tetapi jangan membebani dengan cara membandingkan dia terus-menerus kepada ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat pada saudara yang tengah diamanahi kekayaan. Tetapi jangan membebaninya dengan cara menyebut-nyebut selalu kisah berinfaqnya ‘Abdurrahman ibn ‘Auf.

Dalam dekapan ukhuwah, berilah nasehat saudara yang dianugerahi ilmu. Tapi jangan membuatnya merasa berat dengan menuntutnya agar menjadi Zaid ibn Tsabit yang menguasai bahawa Ibrani dalam empat belas hari.

Sungguh tidak bijak menuntut seseorang untuk menjadi orang lain di zaman yang sama, apalagi menggugatnya agar tepat seperti tokoh lain pada masa yang berbeda. ‘Ali ibn Abi Thalib yang pernah diperlakukan begitu, punya jawaban yang telak dan lucu.

“Dulu di zaman khalifah Abu Bakar dan ‘Umar” kata lelaki kepada ‘Ali, “Keadaannya begitu tentram, damai dan penuh berkah. Mengapa di masa kekhalifahanmu, hai Amirul Mukminin, keadaanya begini kacau dan rusak?”

“Sebab,” kata ‘Ali sambil tersenyum, “Pada zaman Abu Bakar dan ‘Umar, rakyatnya seperti aku.
Adapun di zamanku ini, rakyatnya seperti kamu!”

Dalam dekapan ukhuwah, segala kecemerlangan generasi Salaf memang ada untuk kita teladani. Tetapi caranya bukan menuntut orang lain berperilaku seperti halnya Abu Bakar, ‘Umar, “Utsman atau ‘Ali.

Sebagaimana Nabi tidak meminta Sa’d ibn Abi Waqqash melakukan peran Abu Bakar, fahamilah dalam-dalam tiap pribadi. Selebihnya jadikanlah diri kita sebagai orang paling berhak meneladani mereka. Tuntutlah diri untuk berperilaku sebagaimana para salafush shalih dan sesudah itu tak perlu sakit hati jika kawan-kawan lain tak mengikuti.

Sebab teladan yang masih menuntut sesama untuk juga menjadi teladan, akan kehilangan makna keteladanan itu sendiri. Maka jadilah kita teladan yang sunyi dalam dekapan ukhuwah.

Ialah teladan yang memahami bahwa masing-masing hati memiliki kecenderungannya, masing-masing badan memiliki pakaiannya dan masing-masing kaki mempunyai sepatunya. Teladan yang tak bersyarat dan sunyi akan membawa damai. Dalam damai pula keteladannya akan menjadi ikutan sepanjang masa.

Selanjutnya, kita harus belajar untuk menerima bahwa sudut pandang orang lain adalah juga sudut pandang yang absah. Sebagai sesama mukmin, perbedaan dalam hal-hal bukan asasi
tak lagi terpisah sebagai “haq” dan “bathil”. Istilah yang tepat adalah “shawab” dan “khatha”.

Tempaan pengalaman yang tak serupa akan membuatnya lebih berlainan lagi antara satu dengan yang lain.

Seyakin-yakinnya kita dengan apa yang kita pahami, itu tidak seharusnya membuat kita terbutakan dari kebenaran yang lebih bercahaya.

Imam Asy Syafi’i pernah menyatakan hal ini dengan indah. “Pendapatku ini benar,” ujar beliau,”Tetapi mungkin mengandung kesalahan. Adapun pendapat orang lain itu salah, namun bisa jadi mengandung kebenaran.”

sepenuh cinta,
Salim A. Fillah